Chapter 3
Ding, ding, Sebuah suara seperti bell , atau
mungkin sebuah bell peringatan, terdengar dengan keras, membuatku dan Cline
melompat karena kaget.
“Ah…”
“Apa ini!?”
Kamu berteriak bersamaan dan melihat satu sama
lain, kedua mata kami terbuka lebar.
Cline dan Aku diselimuti oleh pilar cahaya
berwarna biru terang. Di balik cahaya biru itu, padang rumput di penglihatanku
perlahan-lahan menjadi kabur.
Aku pernah mengalami ini beberapa kali selama
beta testing. Ini adalah <Teleport> yang dapat dilakukan dengan
menggunakan sebuah item. Aku tidak punya item yang dibutuhkan dan aku juga
tidak meneriakkan perintah yang seharusnya diucapkan. Apakah operator nya
melakukan teleport paksa? Jika begitu, kenapa mereka tidak memberitahu kami?
Ketika aku sedang berpikir, cahaya di
sekelilingku bergetar semakin keras dan kegelapan menyelimutiku.
Saat cahaya birunya memudar, sekelilingku
menjadi jelas lagi. Tapi, ini bukan padang rumput yang memantulkan cahaya
matahari terbenam lagi.
Sebuah jalan besar yang terbuat dari batu. Jalan
abad pertengahan yang dikelilingi oleh lampu jalan dan istana besar yang
memancarkan sinar gelap terlihat di kejauhan.
Aku melihat kearah Cline yang membuka mulutnya
lebar-lebar disampingku. Lalu kearah kerumunan orang yang berada di sekeliling
kami.
Melihat ke sekumpulan orang yang sangat cantik
dan tampan dengan equipment dan warna rambut yang bervariasi, tidak salah lagi
mereka adalah player lain sepertiku. Ada sekitar berapa ribu hingga sepuluh
ribu orang disini. Sepertinya semua orang yang sedang log on saat ini dipaksa
teleport ke central plaza.
Selama beberapa detik, semua orang hanya melihat
sekeliling tanpa mengatakan apapun.
Lalu ada beberapa bisikan dan kata-kata yang
terdengar disana-sini; perlahan-lahan semakin berisik.
“Apa yang terjadi?"
“Bisakah kita log out sekarang?”
“Bisakah mereka memperbaikinya lebih cepat?”
Komentar-komentar seperti itu bisa terdengar
dari waktu ke waktu.
Ketika para player mulai kehilangan kesabaran,
teriakan-teriakan seperti “Apa ini bercandae?” dan “Keluar kalian, GM!” dapat
terdengar.
Lalu tiba-tiba.
Seseorang berteriak dengan suara yang lebih
keras dari suara-suara itu.
“Ah…lihat keatas!”
Cline dan aku hampir secara otomatis mengarahkan
mata kami keatas dan melihat. Ada pemandangan aneh yang menyambut kami.
Di permukaan bagian bawah lantai dua, seratus
meter diatas udara, terdapat tanda silang berwarna merah.
Ketika aku melihat dengan lebih jelas, aku bisa
melihat kalau itu adalah dua kata yang saling bersilangan. Kata-kata yang
satunya adalah [Warning] dan yang satu lagi adalah [System Announcement].
Aku terkejut selama sesaat tapi kemudian
berpikir 'Oh, operatornya mulai menginformasikan kita sekarang', dan
mengendurkan bahuku sedikit. Pembicaraan di plaza menjadi sunyi dan kau bisa
merasakan kalau semua orang menunggu kata selanjutnya yang akan keluar.
Tapi, apa yang terjadi selanjutnya tidak seperti
apa yang kubayangkan.
Dari tengah pola itu, sebuah cairan yang seperti
darah mulai mengalir turun perlahan-lahan. Cairan itu turun dengan kecepatan
pelan seperti menggambarkan sebarapa kentalannya cairan itu; Tapi cairan itu
tidak jatuh kebawah, malah mulai berubah ke bentuk yang lain.
Apa yang muncul adalah pria setinggi 20 meter
yang mengenakan jubah berkerudung yang menutupi tubuhnya.
Tidak, itu tidak terlalu tepat. Dari tempat kami
melihat, kami bisa dengan mudah melihat kedalam tudungnya-tidak ada wajah
disana. Itu benar-benar kosong. Kami bisa melihat dengan jelas bagian dalam
bajunya dan sulaman hijau didalam tudungnya. Didalam jubahnya pun sama, yang
bisa kami lihat hanyalah bayangannya saja.
Aku pernah melihat jubah itu sebelumnya. Itu
adalah baju yang selalu digunakan pegawai Argas yang bekerja sebagai GM. Tapi
semua GM pria mempunyai wajah seperti seorang penyihir tua dengan janggut
panjang, dan Yang wanita mempunyai avatar wanita berkacamata. Mereka mungkin
menggunakan jubah itu karena kurangnya waktu untuk menyiapkan avatar yang
layak, tapi tempat kosong dibalik tudungnya memberikanku perasaan gelisah yang
tidak bisa dijelaskan.
Para player di sekelilingku pasti merasakan hal
yang sama.
“Apa itu GM?”
“Kenapa dia tidak punya wajah?”
Banyak bisikan seperti itu yang bisa terdengar.
Lalu tangan kanan dari jubah besar itu bergerak
seperti untuk mendiamkan mereka.
Sebuah sarung tangan putih bersih muncul dari
lipatan panjang lengan bajunya. Tapi lengan baju itu, seperti bagian lain dari
jubahnya, tidak terhubung dengan bagian tubuhn manapun.
Lalu tangan kirinya perlahan-lahan terangkat keatas
juga. Kemudian dengan dua sarung tangan kosong yang terbentang di depan 10 ribu
player, orang tak berwajah itu mulai membuka mulutnya-tidak, itu terasa seperti
dia melakukannya. Kemudian sebuah suara pria yang tenang dan pelan terdengar
bergema dari ketinggian.
‘Para Player sekalian, Aku menyambut kalian semua kedalam dunia ku'
Aku tidak bisa segera mengerti.
<Dunia ku>? Jika orang berjubah merah itu
adalah seorang GM, maka dia memang punya kekuatan seperti dewa di dunia ini,
yang mengizinkannya mengubah dunia ini sesukanya, tapi kenapa dia mengatakannya
sekarang?
Cline dan aku melihat satu sama lain
kebingungan. Orang berjubah merah tanpa nama itu menurunkan kedua tangannya dan
melanjutkan perkataannya.
‘Namaku adalah Kayaba Akihiko. Sekarang ini, akulah orang satu-satunya yang bisa mengendalikan dunia ini.’
“Apa…!?”
Avatarku menjadi kaku karena shock, dan
tenggorokanku, dan mungkin leherku di dunia nyata juga, berhenti bekerja selama
beberapa detik.
Kayaba—Akihiko!!
Aku tahu nama itu. Tidak mungkin aku tidak tahu.
Orang ini adalah seorang game designer dan
seorang genius di bidang quantum physics, orang yang membuat Argas, yang
beberapa tahun lalu hanyalah satu dari banyak perusahaan kecil lainnya, menjadi
salah satu perusahaan yang bisa mengatur perekonomian dunia.
Dia merupakan direktur pengembangan SAO dan pada
saat yang sama, pendesain Nerve Gear.
Sebagai salah seorang hardcore gamer, Aku sangat
menghormati Kayaba. Aku membeli seluruh majalah yang menceritakan tentang dia
dan telah membaca beberapa wawancaranya hingga aku hampir hapal isinya. Aku
hampir bisa membayangkan dia mengenakan baju putihnya yang selalu dia gunakan
hanya dengan mendengar suaranya.
Tapi dia selalu berdiri dibalik layar, menolak
tampil di depan media; dia tidak pernah menjadi GM sebelumnya-jadi kenapa dia
melakukan sesuatu seperti ini?
Aku berusaha berpikir lagi untuk mengerti
situasinya. Tapi kata-kata yang keluar dari orang itu terdengar seperti ejekan
bagiku yang sedang berusaha untuk mengerti.
‘Kupikir hampir semua orang telah menyadari
kalau tombol logout telah menghilang dari main menu. Itu bukanlah bug, itu
adalah bagian dari sistem <Sword Art Online>.’
“Bagian dari…sistemnya?”
Cline bergumam, suaranya terbata-bata.
Pengumumannya berlanjut dengan suara yang pelan seperti untuk menyembunyikan
suara aslinya.
‘Hingga kalian mencapai ke lantai teratas dari
kastil ini, kalian tidak bisa log out.’
Kastil ini? Awalnya aku tidak mengerti kata
tersebut. Tidak ada kastil di <Starting City>.
Lalu kata-kata selanjutnya yang di katakan
Kayaba menghilangkan semua kebingunganku.
‘…selain itu, dilarang menghentikan atau melepas
Nerve Gear dari luar. Jika hal-hal seperti itu dilakukan…’
Sunyi.
Kesunyian diantara sepuluh ribu orang ini sangat
menekan. Kata-kata selanjutnya keluar secara perlahan-lahan.
‘Pengirim sinyal di Nerve Gear mu akan
mengirimkan sebuah gelombang elektromagnetik yang kuat, menghancurkan otakmu
dan menghentikan semua fungsi tubuhmu.’
Cline dan Aku melihat satu sama lain dalam
keadaan shock selama beberapa detik.
Itu seperti pikiranku menolak mempercayai apa
yang baru saja dikatakan. Tapi pernyataan singkat yang dikatakan Kayaba’s
menusuk ke pikiranku.
Menghancurkan otak kami.
Dengan kata lain, membunuh kami.
Pengguna manapun yang mematikan Nerve Gear atau
membuka kunci pengaman dan melepaskannya akan terbunuh. Itulah apa yang baru
saja Kayaba maksudkan.
Orang-orang di keramaian mulai bergumam, tapi
tidak ada satupun yang berteriak atau panik. Tidak ada seorangpun sepertiku,
yang bisa mengerti ataupun memprotesnya.
Cline mengangkat tangannya perlahan-lahan dan
mencoba untuk memegang head gear yang seharusnya berada di sana di dunia nyata.
Ketika dia melakukannya, dia mengeluarkan tawa kecil dan mulai berbicara.
“Haha…Apa yang dia katakan? Pria itu, apa dia
gila? Omongannya tidak masuk akal. Nerve Gear nya… Itu hanya sebuah game.
Menghancurkan otak kita…Bagaimana dia bisa melakukannya? Benar kan, Kirito?”
Suaranya terbata-bata di bagian akhir. Cline
menatapku dengan serius, tapi aku tidak bisa mengangguk setuju.
Pengirim sinyal di dalam helm Nerve Gear
mengirimkan gelombang elektronik untuk mengirimkan sinyal virtual ke dalam
otak.
Mereka menyebut ini sebagai ultra teknologi
terbaru, tapi teori dasar penggunaannya sama dengan barang elektronik yang
sudah ada sejak 40 tahun yang lalu di jepang, microwave.
Jika listriknya mencukupi, mungkin saja Nerve
Gear nya bisa menggetarkan partikel air yang ada di dalam otak kami dan
membakarnya dengan panas yang dihasilkan. Tapi…
“…secara teori, itu mungkin, tapi dia pasti
hanya menggertak. Karena jika kita mencabut kabel Nerve Gear, tidak mungkin itu
dapat mengirimkan gelombang sekuat itu. Kecuali ada sejenis baterai yang punya
kapasitas penyimpanan yang cukup besar…didalam…”
Cline mungkin sudah bisa mengira alasan kenapa
aku berhenti berbicara.
“Ada…satu,” katanya, kata-katanya hampir seperti
sebuah teriakan dengan ekspresi kosong diwajahnya. “30% dari berat gearnya
berasal dari baterainya. Tapi…itu benar-benar gila! Bagaimana jika tiba-tiba
terjadi mati listrik atau sejenisnya!?”
Kayaba mulai menjelaskan, seperti dia telah
mendengar apa yang Cline teriakkan.
‘Untuk lebih jelasnya, pemindahan sumber tenaga
listrik untuk 10 menit, terputus dari server lebih dari dua jam, atau pencobaan
untuk membuka kunci, mematikan, atau merusak Nerve Gear. Jika salah satu dari
kondisi itu terpenuhi, proses penghancuran otak akan dimulai. Syarat-syarat itu
telah diberitahukan kepada pemerintah dan kepada masyarakat lewat seluruh media
di dunia luar. Untuk catatan, sudah ada beberapa kasus dimana ada keluarga atau
teman yang mengabaikan peringatannya dan mencoba dengan paksa melepaskan Nerve
Gear. Hasilnya—’
Kata-katanya berhenti sesaat.
‘—sayangnya 213 player sudah keluar dari dunia
ini, dan dunia nyata untuk selamanya.’
Sebuah teriakan yang panjang dan tipis bisa
terdengar. Tapi sebagian besar dari player masih belum bisa mempercayai atau
menolak untuk mempercayai apa yang baru saja dikatakan dan hanya berdiri saja
dengan wajah yang pucat dan mulut yang terbuka atau senyuman miris di wajah
mereka.
Pikiranku mencoba menolak mempercayai apa yang
baru saja dikatakan oleh Kayaba. Tapi tubuhku menghianatinya dan lututku mulai
bergetar dengan kuat.
Aku tersandung kebelakang beberapa langkah
dengan lututku yang lemah dan berhasil mencegah diriku jatuh. Tapi Cline terjatuh
kebelakang dengan wajah yang tanpa ekspresi.
213 player telah meninggalkan dunia ini.
Kalimat itu terus menerus berulang di dalam
kepalaku.
Jika yang dikatakan Kayaba benar-lebih dari 200
orang telah meninggal saat ini?
Beberapa dari mereka mungkin saja ada yang
seorang beta tester sepertiku. Aku mungkin telah mengenal beberapa dari nama
karakter dan avatar mereka. Orang-orang itu telah terbakar otaknya dan…mati,
apa ini yang Kayaba telah katakan?
“…dak mempercayanya… Aku tidak mempercayainya.”
Cline, yang masih duduk di lantai, mulai
berbicara dengan suara yang kaku.
“Dia hanya mencoba menakuti kita. Bagaimana
mungkin dia bisa melakukan hal seperti itu? Berhenti bercanda dan biarkan kami
keluar dari sini. Kami tidak punya waktu untuk mengikuti upacara pembukaan mu
yang gila ini. Yeah…ini semua hanyalah sebuah event. Sebuah pertunjukan
pembuka, kan?”
Didalam kepalaku, aku meneriakkan hal yang sama.
Tapi seperti untuk menghilangkan harapan kami,
suara Kayaba yang seperti seorang pebisnis meneruskan penjelasannya.
‘Para Player, kalian tidak perlu mengkhawatirkan
tubuh yang kalian tinggalkan di luar sana. Saat ini, seluruh media TV, radio,
dan internet sedang melaporkan situasi ini berulang kali, termasuk kenyataan
bahwa sudah ada beberapa korban jiwa. Kemungkinan Nerve Gear kalian terlepas
sudah menghilang. Sebentar lagi, menggunakan dua jam yang kuberikan, kalian
semua akan di pindahkan ke rumah sakit atau tempat-tempat seperti itu untuk
mendapatkan perawatan terbaik. Jadi kalian bisa tenang…dan berkonsentrasi untuk
menaklukkan game nya.’
“Apa…?”
Lalu, akhirnya mulutku mulai berteriak dengan
keras.
“Apa yang kau katakan!? Menaklukkan game nya!?
Kau ingin kami bermain di situasi seperti ini!?”
Aku terus berteriak, menatap kearah jubah merah
yang meresap kedalam permukaan dasar lantai atas.
“Ini bukan game lagi!!”
Lalu Kayaba Akihiko mulai mengumumkan perlahan
dengan suaranya yang monoton.
‘Tapi aku ingin kalian semua mengerti bahwa
<Sword Art Online> bukanlah sebuah game biasa lagi. Ini adalah dunia
nyata yang kedua. …mulai sekarang, segala jenis revival didalam game tidak akan
bekerja lagi. Disaat HP mu mencapai angka 0, avatar mu akan menghilang
selamanya, dan pada saat yang sama—’
Aku bisa menebak apa yang akan dia katakan
dengan sangat jelas.
‘Otakmu akan dihancurkan oleh Nerve Gear.’
Tiba-tiba, rasa ingin tertawa menggelembung di
dasar perutku. Aku menahannya.
Sebuah garis horizontal panjang bersinar di
bagian kiri atas penglihatanku. Ketika aku memfokuskan pandanganku kearahnya,
angka 342/342 dapat terlihat.
Hit points. Nyawaku.
Saat itu mencapai nol, Aku akan mati—sinyal
gelombang elektromagnetik akan membakar otakku, membunuhku seketika. Inilah
yang telah Kayaba katakan.
Tidak salah lagi ini adalah sebuah game, sebuah
game dengan nyawamu sebagai taruhannya. Dengan kata lain, sebuah game kematian.
Aku pasti telah mati setidaknya 100 kali dalam
dua bulan beta testing. Aku direspawned dengan sedikit senyum malu di wajahku
di bagian utara dari main plaza, di <Black Iron Palace>, dan berlari
kearah tempat perburuan lagi.
Itulah RPG, sebuah game dimana kau berkali-kali
mati dan belajar dan menaikkan level. Tapi sekarang kau tidak bisat? Sekali kau
mati, kau akan kehilangan nyawamu? Dan sebagai tambahan—kau bahkan tidak bisa
berhenti bermain?
“…tidak mungkin,” Aku berkata dengan pelan.
Siapa yang mau pergi ke tempat perburuan dengan
kondisi seperti itu? Tentu saja semua orang hanya akan menetap di dalam kota di
tempat yang aman.
Lalu seperti membaca pikiran ku, dan mungkin
pikiran semua player lain, pengumuman berikutnya diberikan.
‘Para player, hanya ada satu cara untuk keluar
dari game ini, sepeti yang kubilang sebelumnya, kalian harus memcapai lantai
teratas dari Aincrad, lantai ke seratus dan mengalahkan boss terakhir yang ada
disana. Semua player yang masih hidup pada saat itu akan secara otomatis keluar
dari game ini. Aku sudah mengatakan pada kalian semua yang perlu kukatakan.’
Sepuluh ribu orang player berdiri terdiam.
Itulah saat dimana aku menyadari apa yang
dimaksud Kayaba ketika dia mengatakan <capailah lantai teratas dari kastil
ini>. Kastil ini—berarti tempat luas yang memenajarakan seluruh player di
lantai pertama dan 99 lantai lainnya yang ada diatas, bertumpuk hingga ke
langit dan mengapung diatasnya. Dia membicarakan Aincrad itu sendiri.
“Menaklukan…seluruh 100 lantai!?” Cline
tiba-tiba berteriak. Dia cepat-cepat berdiri dan mengangkat tinjunya ke atas
langit.
“Bagaimana mungkin kami melakukannya? Kudengar
menaiki satu lantai saja sangat sulit selama beta testing!”
Itu benar. Selama dua bulan beta testing, seribu
orang player hanya bisa mencapai lantai ke enam. Bahkan jika ada sepuluh ribu
orang yang log in, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melewati 100 lantai?
Kebanyakan player yang dipaksa berada disini
bertanya-tanya akan pertanyaan-yang tidak ada jawabannya ini.
Kesunyian menegangkan ini perlahan-lahan
menunjukan gumaman pelan. Tapi tidak ada tanda-tanda dari ketakutan dan rasa
putus asa.
Sebagian orang disini masih bingung apakah ini
benar-benar <bahaya nyata> atau sebuah <event pembukaan yang sangat
dibuat-buat>. Semua yang dikatakan Kayaba terlalu menakutkan hingga terasa
tidak nyata.
Aku mengadahkan kepalaku lagi untuk melihat ke
arahnya dan moncoba untuk memaksakan pikiranku menerima situasi ini.
Aku tidak bisa log out lagi, selamanya. Aku juga
tidak bisa kembali ke kamarku dan kehidupanku. Satu-satunya cara untuk bisa
kembali adalah jika seseorang mengalahkan boss di lantai tertinggi dari kastil
terbang ini. Jika HP mencapai angka nol meski sekali saja sebelum itu—Aku akan
mati. Aku akan benar-benar mati dan akan menghilang selamanya.
Tapi.
Betapapun aku mencoba menerima kenyataan, itu
mustahil. Hanya sekitar lima atau enam jam lalu aku masih makan makanan buatan
ibuku, berbicara sedikit dengan saudara perempuanku, dan berjalan didalam
rumahku.
Sekarang aku tidak bisa kembali ke tempat itu
lagi? Dan saat ini, ini adalah dunia nyata yang sebenarnya?
Lalu, ketika jubah merah yang sejak tadi berada
di depan kami mengibaskan sarung tangan kanannya dan mulai berbicara dengan
suara yang tidak memiliki emosi sama sekali.
‘Kalau begitu biar kutunjukkan bukti kalau ini
adalah kenyataan juga. Di dalam inventorimu akan ada hadiah dariku. Ambillah.’
Segera setelah mendengarnya, aku menekan jari
telunjuk ku dan jempol ku bersamaan dan menarik nya kebawah. Semua player
melakukan hal yang sama dan plaza nya dipenuhi oleh suara gemerincing bell.
Aku menekan tombol item di menu yang baru saja
muncul dan ada item disana, di bagian teratas dari daftar barang-barangku.
Nama itemnya adalah—<hand mirror>
Kenapa dia memberi kami benda ini? Sambil
berpikir aku menyentuh nama bendanya dan menekan tombol "buat benda
menjadi object". Segera setekahnya terdengar sebuah sound effect dan
sebuah kaca bulat berukuran kecil muncul.
Aku memegangnya dengan ragu-ragu tapi tidak ada
apapun yang terjadi. Apa yang muncul di dalam cermin adalah wajah dari avatar
yang kubuat dengan susah payah.
Aku memiringkan kepalaku dan melihat kearah
Cline. Dia juga melihat ke cermin dengan wajah yang tanpa ekspresi.
—Lalu.
Tiba-tiba Cline dan avatar-avatar di sekeliling
kami diselimuti oleh cahaya putih. Segera setelah melihatnya, aku juga
dikelilingi cahaya yang sama, dan apa yang bisa kulihat hanyalah warna putih.
Sekitar 2, 3 detik kemudian, sekelilingku
menjadi jelas lagi seperti mereka baru saja…
Tidak.
Wajah di depanku bukan lah wajah yang kukenal.
Armor yang terbuat dari besi yang dijahit,
bandannanya, dan rambut merah berdurinya sama. Tapi wajahnya berubah ke bentuk
yang lain. Matanya yang tajam berubah menjadi cekung dan berwarna lebih terang.
Hidungnya yang mancung menjadi sedikit pesek, dan muncul janggut di pipi dan
dagunya. Jika avatarnya adalah seorang samurai yang masih muda dan ceria, maka
yang ini adalah seorang warrior yang telah kalah—atau mungkin seorang perampok.
Aku lupa akan situasinya selama beberapa saat
dan berkata.
“Siapa…kau?”
Kata yang sama terdengar dari mulut orang yang
berada didepanku.
“Hey…siapa kau?”
Lalu tiba-tiba menyadari apa guna hadiah Kayaba,
<hand mirror> yang sedang kupegang.
Aku buru-buru mengangkat kacanya, dan melihat
muka yang terpantul.
Rambut hitam yang rapi diatas kepala, sepasang
mata yang kelihatan lemah dapat terlihat dibalik rambut yang agak panjang, dan
wajah yang orang-orang bisa salah lihat dan menganggapku sebagai wanita ketika
aku pergi keluar dengan menggunakan pakaian bebas bersama saudara perempuan ku.
Wajah tenang dari warrior <Kirito> yang
baru beberapa detik yang lalu masih ada telah menghilang. Wajah yang terpantul
di cermin—
Adalah wajah asliku yang susah-payah ku
sembunyikan.
“Ah…wajahku…”
Cline, yang juga sedang memandangi cerminnya
terjatuh kebelakang. Kami berdua melihat satu sama lain dan berteriak disaat yang
sama.
“Kau Cline!?” “Kau Kirito!?"
Suara kami juga berubah, mungkin pengubah
suaranya berhenti bekerja. Tapi kami tidak punya waktu untuk memikirkan hal
seperti itu.
Cerminnya terjatuh dari tangan kami dan mengenai
lantai, dan hancur dengan suara pecahan yang agak keras.
Ketika aku melihat sekeliling lagi, kerumunannya
sudah tidak lagi dipenuhi oleh orang yang terlihat seperti karakter dari
game-game fantasi. Sekumpulan anak muda normal sudah menggantikan tempat merek.
Ini seperti melihat sekumpulan orang di dunia nyata di sebuah perkumpulan game
yang menggunakan kostum seperti armor. Bahkan perbedaan jumlah laki-laki dan
perempuannya berubah drastis.
Bagaimana ini mungkin terjadi? Cline dan Aku,
dan mungkin semua player di sekitar kami telah berubah dari avatar yang mereka
buat dari awal, menjadi diri asli kami. Tentu saja, texture nya sendiri masih
terlihat seperti model polygon dan itu masih sedikit terasa aneh, tapi yang
paling menakutkan adalah keakuratannya. Itu seperti kalau gear nya punya sebuah
full body scanner yang terpasang.
—Scan.
“…ah, benar!” Aku melihat kearah Cline dan
memaksakan suaraku untuk keluar.
“Ada pengirim sinyal di Nerve Gear yang menutupi
seluruh kepala kita. Jadi itu tidak hanya bisa melihat cara berpikir otak kita,
tapi wajah kita juga…”
“Ta-Tapi, bagaimana bisa mesin itu tahu
bagaimana bentuk tubuh kita terlihat… Seperti seberapa tinggi kita?”
Cline berkata sambil diam-diam melihat ke
sekitar kami.
Rata-rata tinggi dari player, yang sedang
melihat diri mereka sendiri dan orang lain dengan wajah serius, sangat terlihat
berkurang setelah <perubahan> tadi. Aku—dan mungkin Cline juga-telah
menseting tinggi kami agar sesuai dengan tinggi asliku di dunia nyata untuk
menghindari tinggi yang berlebihan yang bisa menghambat gerakanku, tapi hampir
semua player sepertinya membuat diri mereka lebih tinggi sekitar sepuluh hingga
dua puluh cm. Bukan hanya itu, bentuk tubuh dan lebar tubuh para player juga
menjadi lebih besar sekarang. Tidak mungkin Nerve Gear nya bisa mengetahui
semua ini.
Tapi Cline menjawab pertanyaan ini.
“Ah…tunggu. Aku baru membeli Nerve Gear kemarin
jadi aku masih ingat, ada bagian dari set-up…apa yah disebutnya, pengukuran?
Yah apapun itu, saat itu kau disuruh menyentuhkan nya ke bagian tubuhmu di
sana-sini, mungkin itu…?”
“Ah, benar……pasti itu…”
Pengukuran adalah saat dimana Nerve Gear
mengukur <seberapa jauh tanganmu bisa menggapai tubuhmu>. Ini dilakukan
untuk menciptakan perasaan yang lebih nyata didalam game. Jadi bisa dibilang
kalau Nerve Gear punya data mengenai bentuk asli tubuh kita yang tersimpan di
dalamnya.
Itu mungkin untuk membuat semua avatar para
player menjadi replika yang sama persis dengan diri mereka. Tujuan dari semua
ini juga menjadi jelas sekarang.
“…kenyataan,” Aku bergumam. “Dia bilang ini adalah
kenyataan . Avatar yang terbuat dari poligon ini…dan HP kita adalah tubuh dan
kehidupan asli kita. Untuk membuat kita percaya kalau dia menciptakan tiruan
sempurna dari kita…”
“Tapi…tapi kau tahu Kirito.”
Cline menggaruk kepalanya dengan kasar dan matanya
memantulkan sinar saat dia berteriak.
“Kenapa? Kenapa dia melakukan hal seperti ini…?”
Aku tidak menjawabnya dan menunjuk keatas.
“Tunggu saja. Mungkin dia akan menjawab
pertanyaan itu sebentar lagi.”
Kayaba memenuhi harapanku. Beberapa detik kemudian,
sebuah suara yang terdengar serius, terdengar dari langit yang berwarna merah
darah.
‘Kalian pasti heran dan berpikir ‘kenapa’.
Kenapa aku-pencipta dari Nerve Gear dan SAO, Kayaba Akihiko-melakukan sesuatu
yang seperti ini? Apakah ini sejenis serangan teroris? Apakah dia melakukan ini
untuk meminta uang tebusan untuk membebaskan kami?’
Itulah saat ketika suara Kayaba, yang hingga
sekarang tanpa emosi, mulai menunjukkan sedikit emosi di dalamnya. Tiba-tiba
kata <empati> terpikir oleh ku, meski tidak mungkin itu terjadi.
‘Itu semua bukanlah alasanku melakukan ini.
Bukan hanya itu, searang bagiku, sudah tidak ada alasan untuk melakukan ini.
Alasannya karena…situasi ini sendiri lah yang merupakan alasanku melakukan ini.
Untuk membuat dan mengamati dunia ini adalah satu-satunya alasanku membuat
Nerve Gear dan SAO. Dan sekarang, semuanya telah menjadi nyata.’
Lalu setelah istirahat singkat, suara Kayaba
sekarang menjadi tanpa emosi lagi dan berkata.
‘…sekarang aku telah menyelesaikan official
tutorial dari <Sword Art Online>. Para Player—semoga kalian beruntung.’
Kata-kata terakhirnya diikuti oleh suara bergema
kecil.
Jubah besar itu mulai melayang lebih tinggi
tanpa bersuara, dan mulai menyelam, dari kepalanya, kedalam system message yang
menutupi langit seperti meleleh.
Bahunya, kemudian dadanya, lalu kedua tangan dan
kakinya bergabung kedalam permukaan merah, dan terakhir sebuah noda merah yang
tersisa menghilang. Segera sesudahnya system message yang telah menutupi langit
menghilang dengan tiba-tiba seperti saat itu muncul.
Suara dari angin yang bertiup di atas plaza dan
BGM dari orkestra NPC terdengar perlahan di telinga kami.
Gamenya telah kembali ke keadaan normal, kecuali
ada beberapa peraturan yang telah diubah.
Lalu—akhirnya.
Kerumunan dari 10 ribu player tadi mulai
memberikan reaksi yang wajar.
Dengan kata lain, ribuan suara mulai terdengar
dengan keras di seluruh plaza.
“Itu bercanda kan…? Apa-apaan itu? Itu lelucon
kan!?”
“Berhenti bercanda! Biarkan aku keluar! Biarkan
aku keluar dari sini!”
“Tidak! Kau tidak bisa melakukan ini! Aku harus
segera bertemu dengan seseorang sebentar lagi!”
“Aku tidak suka ini! Aku mau pulang! Aku mau
pulang!!!!!!”
Pekikan. Tuntutan. Teriakan. Kutukan.
Permohonan. Dan jeritan.
Orang-orang yang telah berubah dari game player
menjadi tahanan dalam hitungan menit berlutut dan memegangi kepala mereka,
melambaikan tangan mereka, memegang satu sama lain atau mulai menyumpahi dengan
suara yang keras.
Di tengah-tengah semua suara ini, anehnya
pikiranku menjadi jernih lagi.
Ini, adalah kenyataan.
Apa yang dinyatakan Kayaba Akihiko semuanya
benar. Kalau begitu, ini sudah pasti terjadi. Itu akan aneh jika tidak.
Kejeniusan adalah satu sisi dari Kayaba yang membuatnya terlihat menarik.
Sekarang aku tidak bisa kembali ke dunia nyata selama
beberapa waktu—mungkin beberapa bulan atau bahkan lebih. Saat ini aku tidak
bisa melihat maupun berbicara dengan ibu dan saudara perempuanku. Mungkin saja
aku tidak akan punya kesempatan itu lagi. Jika aku mati disini—
Aku akan mati di dunia nyata.
Nerve Gear, yang pernah menjadi sebuah mesin
game, sekarang menjadi kunci penjara ini dan alat eksekusi yang akan membakar
otakku.
Aku bernapas perlahan menarik dan menghela, dan
membuka mulutku.
“Cline, kesini sebentar.”
Aku memegang tangannya, yang terlihat lebih tua
dariku di dunia nyata, dan keluar dari kerumunan yang berisik itu.
Kami bisa keluar dari sana dengan lumayan cepat,
mungkin karena kami berada di dekat pojokan. kami memasuki salah satu jalan
yang menuju keluar plaza dan aku bersembunyi di bayangan dibalik kereta kuda
yang tidak bergerak.
“…Cline,” Aku memanggil namanya lagi.
Dia masih terlihat tidak percaya. Aku
melanjutkan pembicaraan, berusaha keras agar kata-kataku terdengar serius.
“Dengarkan aku. Aku akan keluar dari kota ini
dan menuju ke desa selanjutnya. Ikutlah bersamaku.”
Cline membuka matanya lebar-lebar dibawah
bandanna nya. Aku terus berbicara dengan suara yang pelan dan memaksa mulutku
untuk mengeluarkan kata-kata.
“Jika apa yang dikatakannya benar, untuk
bertahan hidup di dunia ini kita harus memperkuat diri kita. Kau tahu kalau kan
kalau MMORPG adalah pertarungan untuk memperebutkan sumber daya diantara
player. Hanya orang-orang yang bisa mendapat uang dan experience yang paling
banyak lah yang bisa menjadi kuat. …orang-orang yang telah menyadari hal ini
akan memburu semua monster disekitar <Starting city>. Kau harus menunggu
sangat lama hingga monsternya muncul lagi. Pergi ke desa sebelah sekarang akan
lebih baik. Aku tahu jalannya dan semua daerah berbahayanya, jadi aku bisa
pergi kesana meski aku masih level satu.”
Mengingat yang sedang berbicara adalah aku,
tumben sekali aku mengatakan kata sebanyak itu, tapi meski begitu dia tetap
diam.
Lalu beberapa detik kemudian wajahnya berkerut.
“Tapi…tapi kau tahu. Seperti yang kubilang
sebelumnya kalau aku mengantri begitu lama untuk membeli game ini bersama
dengan temanku. Mereka pasti sudah log in dan seharusnya mereka masih berada di
plaza sekarang. Aku tidak bisa…pergi tanpa mereka.
“…”
Aku menghela napasku dan menggigit bibirku.
Aku bisa mengerti semuanya dengan jelas tentang
apa yang ingin dikatakan oleh Cline melalui pandangan gugupnya.
Dia—orang yang ceria dan mudah akrab dengan
orang lain, dan mungkin dia sangat memperharikan teman-temannya. Dia pasti
berharap kalau aku bisa membawa semua teman-temannya bersama kami.
Tapi aku tidak bisa mengangguk.
Jika hanya dengan Cline, Aku bisa mencapai ke
desa berikutnya sambil menjaga kami dari monster-monster yang agresif. Tapi
jika ada dua orang lagi—tidak, jika ada satu orang lagi yang ikut mungkin akan
berbahaya.
Jika seseorang mati dalam perjalanan, mereka
akan mati seperti yang dikatakan oleh Kayaba.
Tanggung jawabnya pasti akan tertuju padaku yang
menyarankan untuk keluar dari <Starting City> yang aman dan gagal untuk
menjaga teman-temanku.
Aku tidak bisa menanggung beban yang seberat
itu. Itu mustahil.
Cline terlihat menyadari kekhawatiranku. Sebuah
senyuman muncul di wajahnya yang sedikit berjanggut dan dia menggelengkan
kepalanya.
“Tidak…Aku tidak bisa terus bergantung padamu. Aku
adalah seorang guild master di game yang biasa kumainkan. Aku akan baik-baik
saja. Aku akan baik-baik saja dengan teknik yang kau ajarkan padaku hingga
sekarang. Dan…masih ada kemungkinan kalau ini hanyalah sebuah lelucon dan kita
akan bisa log off. Jadi jangan khawatirkan kami dan pergilah ke desa itu.”
“…”
Dengan mulutku yang tertutup, aku dibingungkan
oleh ketidak-tegasan yang belum pernah kurasakan seumur hidupku.
Lalu aku mengatakan kata yang akan
menggerogotiku selama dua tahun kedepan.
“…OK.”
Aku mengangguk , berjalan mundur, dan
mengatakannya dengan tenggorokanku yang kering.
“Baiklah, ayo berpisah disini. Jika ada masalah
kirimlah pesan padaku. …well, sampai jumpa, Cline.”
Cline memanggilku ketika aku mengalihkan
pandanganku dan akan pergi.
“Kirito!”
“…”
Aku menengok tapi dia tidak mengatakan apapun,
pipinya hanya bergerak sedikit.
Aku melambaikan tanganku sekali dan berbalik
kearah barat laut—kearah desa yang akan kusinggahi.
Ketika aku baru berjalan lima langkah, sebuah
suara memanggilku dari belakang lagi.
“Hey, Kirito! Kau terlihat tampan di dunia
nyata! Aku agak suka dengan gayamu!”
Aku tersenyum pahit dan menyahut tanpa menengok.
“Wajahmu juga sepuluh kali lebih cocok untukmu!”
Lalu aku meninggalkan teman pertamaku di dunia
ini dan berlari lurus tanpa ragu.
Setelah aku berlari melewati jalan yang berangin
selama beberapa menit, Aku melihat kebelakang lagi. Tentu saja, tidak ada
siapa-siapa disana.
Aku mengabaikan perasaan aneh di dadaku dan
berlari.
Aku berlari menuju ke gerbang barat laut dari
<Starting City> dan kemudian melewati padang yang luas dan hutan yang
lebat, kemudian menuju sebuah desa yang terletak dibalik semua itu—lalu menuju
ke game survival yang sunyi ini.
0 Coment:
Posting Komentar